Jambore Pemuda Adat dan Fasilitator Pendidikan Adat 2023 : Berbagi Praktik Baik, Merawat ilmu Pulang

Jambore Pemuda Adat dan Fasilitator Pendidikan Adat 2023

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melalui badan otonomnya yang mengurusi pendidikan adat yaitu Yayasan Pendidikan Masyarakat Adat Nusantara (YPMAN) bergerak dalam perintisan dan pengorganisasian sekolah adat yang didirikan oleh PD AMAN di seluruh Nusantara. YPMAN memandang pentingnya sharing forum di antara para pemuda dan fasilitator sekolah adat untuk membincangkan solusi bagi permasalahan yang muncul atau dihadapi oleh masing-masing sekolah adat. Bertolak dari pemikiran tersebut, maka diadakan temu pemuda serta fasilitator pendidikan adat yang kali ini dilaksanakan untuk sekolah adat di seluruh Region Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Kegiatan temu pemuda serta fasilitator pendidikan adat yang dilaksakan pada tanggal 23-24 desember di Pesinauan – Sekolah Adat Osing ini mengambil bentuk Jambore dengan harapan pemuda tetap dekat dengan lingkungan saat beraktivitas dan keakraban bisa segera terjalin di alam bebas yang tidak terkesan formal, Ibu Wiwin Indiarti selaku penanggungjawab kegiatan sekaligus Ketua BPH AMAN Osing mengatakan dengan mengambil bentuk jambore sharing-sharing terkait permasalahan dan kebutuhan yang merekan hadapi di sekolah adat masing-masing dengan konteks kewilayahan masing-masing bisa dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.

Selain menjadi ajang tegur sapa para pemuda dan fasilitator pendidikan adat di seluruh Region Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, kegiatan Jambore Pemuda Adat dan Fasilitator Pendidikan Adat ini bertujuan untuk menjadi sarana berbagi praktik baik tentang penyelenggaraan pendidikan adat yang efektif dan efisien berdasarkan karakter wilayah masing-masing.

Dalam kegiatannya, para peserta yang berasal dari sekolah adat dari masing-masing daerah saling berbagi cerita dan pengalaman mereka dalam menjalankan sekolah adat di daerah mereka. Tidak hanya berbagi tentang praktik baik yang telah dilaksanakan, tapi juga berbagi tentang permasalahan dan hambatan yang dihadapi selama perjalanan mengelola sekolah adat di daerah mereka masing-masing. Ada yang terkendala karena terbatasnya Fasilitator Pendidikan Adat, kurangnya minat dari peserta untuk mengikuti Pendidikan Adat, ada pula yang kesulitan untuk mengatur jadwal belajar mengajar, dan sebagian besar peserta mengatakan masalah yang mereka hadapi adalah tidak adanya ruang atau tempat berkumpul, meskipun pada dasarnya pendidikan adat bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja, “dulu saya merasa memiliki bangunan tempat belajar tidak terlalu penting, tapi setelah berkunjung ke Pesinauan ini, saya menyadari bahwa memiliki ruang tempat belajar merupakan hal yang cukup penting untuk berkumpul dan menarik minat masyarakat” ucap Sucia Lisdamara dari Sekolah Adat Birawa.

Peserta Bali yakni perwakilan dari Komunitas Adat Dalem Tamblingan Dan Komunitas Adat Pedawa berbagi tentang keresahan yang komunitas adat mereka rasakan yang menjadi alasan keinginan untuk mendirikan sekolah adat. Kurangnya pengetahuan, kesadaran dan pemahaman masyarakat terutama generasi muda akan nilai-nilai adat dan budaya mereka menjadi salah satu alasan Komunitas Masyarakat Adat Dalem Tamblingan untuk membentuk Sekolah Adat. Selain berbagi keresahan semua peserta juga menuliskan harapan untuk sekolah Adat mereka 5 – 10 tahun ke depan, Putu Yuli Supriyandana selaku perwakilan Komuntitas Adat Pedawa menyampaikan harapannya semoga terwujud dan terlaksananya program sekolah Adat di Desa Pedawa serta tersedianya sarana dan prasarana sekolah adat di Desa Pedawa.